Mengenal Kitab Ilmu Shorof Qowaidul I’lal (Ilmu Shorof Dasar)

  • Bagikan
Santri Posjos - Kitab Shorof Qowaidul I’lal. Mengenal Kitab Qowaidul I’lal. Terjemah Kitab Ilmu Shorof Qowaidul I’lal
Hashtag dan ilustrasi gambar Santri Posjos - Kitab Shorof Qowaidul I’lal. Mengenal Kitab Qowaidul I’lal. Terjemah Kitab Ilmu Shorof Qowaidul I’lal

SANTRI.POSJOS.COMMengenal Kitab Ilmu Shorof Qowaidul I’lal (Ilmu Shorof Dasar) – – Kitab Qowa’idul I’lal merupakan sebuah ringkasan ilmu sharaf yang bisa dikaji di dalam pembelajaran pondok-pondok pesantren sebagai dasaran untuk menguasai ilmu alat agar mampu membaca kitab kuning tentunya.

Kitab Qowa’idul I’lal memaparkan secara ringkas tentang dasaran ilmu sharaf. Selain itu, kitab ini lebih ditekankan pada menelaah tentang bentuk kalimat asli bahasa arab, misalnya lafadz “قَالَ” bentuk aslinya adalah “قَوَلَ” yang mengikuti wazan “فَعَلَ”, dan lain sebagainya.

Karena bahasa arab sendiri bisa dibilang bahasa yang cukup rumit dalam mempelajarinya, maka untuk menelaah bentuk asli dalam kitab ini tentu saja dibagi menjadi 19 kaidah, yang akan diterjemahkan nanti.

Penyusun Kitab Qowaidul I’lal

Kitab Qowa’idul I’lal ini ditulis dan disusun oleh Kyai Mundzir Nadzir dari Dusun Sekaran, Desa Keludan, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk. Namun menurut beberapa referensi lainnya dijelaskan bahwa nama “Mundzir Nadzir” merupakan nama pena, bukan nama asli, sehingga nama ini pun sangat jarang diulas di dalam referensi-referensi.

Selain Kitab Qowaidul I’lal, ada lagi Kitab Nadzam Tanwirul Qari dengan bahasa jawa yang menjelaskan ilmu tajwid. Sebagian pondok pesantren menerapkannya dalam pelajaran ilmu tajwid di tingkat menengah sebelum mempelajari kitab tajwid selanjutnya yaitu Al-Jazariyyah yang ditulis oleh Ibnul Jazari.

Pengertian / Definisi Ilmu Sharaf (Shorof)

Ilmu sharaf atau shorof adalah ilmu yang mempelajari bentuk kalimat atau tata kata bahasa Arab dan hal ihwalnya, mulai dari huruf asli (mujarrad), tambahan (ziyadah), shahih (tidak terdiri dari huruf ilat alif wawu ya’), hingga illat-nya. Ilmu sharaf disebut juga ilmu morfologi.

Baca Juga:   Kitab Alfiyah Ibnu Malik Terjahan Bahasa Indonesia

Pendahuluan – مقدمة

الحمد لله نحمده على ما أنعم ونصلى ونسلم على محمد سيد الفريقين من عرب وعجم صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم

segala puji bagi Allah, kami memuji atas apa yang Ia beri, dan kami bersholawat dan salam kepada Muhammad, junjungan dua kelompok, yaitu arab dan ajam, solla Allahu alaihi wa ala ailihi wasallam

أما بعد فيقول صاحب الخط : لما علمت هناك المطبعة عدم هذه الرسالة التي فيها قواعد من القواعد الإعلالية مع كثرة المحتاج إليها فأردت أن أكتبها على ما نلت من الأساتيذ الأفاضيل معلمي التلاميذ بمعهد من المعاهد الإسلامة

setelah itu, berkata pemilik tulisan: ketika saya tahu disana ada percetakan tidak ada kitab ini, yang di situ memuat kaidah-kaidah i’lal, bersamaan akan kebutuhan terhadap kitab itu, maka saya ingin menulisnya sesuai apa yang saya dapat dari guru-guru yang mulia, pengajar murid-murid di pondok pondok islam

راجيا من الله رضاه ورحمته

seraya berharap kepada Allah ridlohnya dan rahmatnya

وكتبتها على طريق حصر سهل ليسهل على المبتدئ حفظها وفهمها

saya menulis dengan cara ringkas dan mudah, supaya mudah bagi pemula untuk menghafal dan memahami

والله أسأل أن يعم نفعها وصلاحها فأقول وبالله التوفق وهو حسبي ونعم الرفيق

saya meminta kepada Allah agar menyebarkan kemanfa’atannya dan kebagusannya, lalu saya berkata, dan petunjuk adalah milik Allah, Ia adalah yang mencukupiku, dan sebaik teman

Kaidah Pertama – القاعدة الأولى

إذَا تَحَرَّكَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ بَعْدَ فَتْحَةٍ مُتَّصِلَةٍ فِيْ كَلِمَتَيْهِمَا أُبْدِلَتَا آلِفًا مِثْلُ صَانَ أَصْلُهُ صَوَنَ وَبَاعَ أَصْلُهُ بَيَعَ

Jika wawu dan ya’ berharokat setelah fathah yang sambung di satu kalimat, maka wawu dan ya’ tersebut diganti alif, seperti صَانَ dan بَاعَ asal keduanya صَوَنَ dan بَيَعَ

Baca Juga:   Terjemah Sullamut Taufiq: Menggapai Ketinggian Taufiq Menuju Kebenaran Ilahi

الإعلال: صان أصله صون على وزن فعل أبدلت الواو ألفا لتحركها بعد فتحة متصلة في لكمتها فصار صان

صَانَ asalnya صَوَنَ ikut pada wazan فَعَلَ. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi صَانَ.

باع أصله بيع على فعل أبدلت الياء ألفا إلخ

بَاعَ asalnya بَيَعَ ikut pada wazan فَعَلَ. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi بَاعَ.

غَزَا asalnya غَزَوَ ikut pada wazan فَعَلَ. Wawu diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi غزا.

رَمَىْ asalnya رَمَيَ ikut pada wazan فَعَلَ. Ya’ diganti Alif karena ia berharkah dan sebelumnya ada Huruf berharkah Fathah, maka menjadi رَمَيَ. (*Alif pada lafazh رَمَىْ dinamakan Alif Layyinah).

Perhatian: “Kaidah ini berlaku pada Wau atau Ya’ dengan Harkah asli. Apabila harkah keduanya bukan asli atau baru, maka tidak boleh dirubah. Contoh دَعَوُاالْقَوْمَ .

Dan apabila setelah wawu atau ya’ itu ada huruf mati/sukun, maka diklarifikasikan sbb:

a. Jika Wawu atau Ya’ tsb bukan pada posisi Lam Fi’il, maka tidak boleh di-I’lal, karena dihukumi seperti Huruf Shahih. Contoh: بَيَانٌ, طَوِيْلٌ, خَوَرْنَقٌ.

b. Jika Wawu dan Ya’ tsb berada pada posisi Lam Fi’il, maka tetap berlaku Kaidah I’lal ini. Contoh يَخْشَوْنَ asalnya يَخْشَيُوْنَ . Namun disyaratkan huruf yg mati/sukun setelah Wawu dan Ya’ tsb bukan huruf Alif dan huruf Ya’ tasydid, maka yang demikian juga tidak boleh di-I’lal. Contoh: رَمَيَا, عَلَوِيٌّ, غَزَوَا.

banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *