Daftar Isi
SANTRI.POSJOS.COM – Cara Mandi Wajib Sebelum Puasa Ramadan – Mandi puasa Ramadan tidak hanya sekadar membersihkan tubuh dari kotoran debu, tetapi juga merupakan bagian penting dari persiapan spiritual sebelum menjalankan ibadah puasa.
Dalam Islam, mandi puasa Ramadhan dikenal sebagai mandi wajib, yang memiliki tata cara dan niat yang harus diikuti dengan benar.
Niat Mandi Puasa Ramadhan yang Benar
Niat mandi puasa Ramadan dilafalkan bersamaan dengan membasuhkan air pertama ke tubuh. Niat ini merupakan bagian integral dari ibadah mandi puasa. Bacaan niat mandi puasa Ramadhan adalah:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِفَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ للهِ تَعَالَى
Nawaitul gusla li fardhi sahri romadhona lillahi ta’ala
Artinya: “Aku berniat mandi hadas besar untuk menjalankan puasa Ramadan karena Allah Ta’ala.”
Tata Cara Mandi Puasa Ramadhan
Dikutip dari buku Panduan Lengkap Shalat Wajib dan Sunah Berikut Juz ‘Amma untuk Pemula karya Zaky Zamani, berikut tata cara mandi puasa Ramadan atau bisa diaplikasikan seperti mandi wajib.
Mandi wajib pada dasarnya mengutamakan basuhan air ke seluruh tubuh dengan aturan-aturan tertentu.
Hanya saja, seseorang yang mandi wajib harus melakukan niat dan cara-cara mandi wajib dengan meratakan air ke seluruh tubuh. Berikut tata cara mandi puasa Ramadan.
- Membaca niat
- Membasuh seluruh bagian tubuh dengan air, mulai dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki
Masih mengutip buku yang sama, adapun sunah mandi untuk menghilangkan hadats sebagai berikut:
- Mendahulukan membasuh seluruh kotoran dan najis dari tubuh
- Mendahulukan berwudhu sebelum mandi
- Mengucapkan basmalah
- Berkumur dan menghisap air ke dalam hidung
- Menghadap kiblat
- Mendahulukan basuhan pada anggota badan yang kanan daripada yang kiri
- Membasuh badan hingga tiga kali
- Membaca doa sesudah mandi. Doa yang dibaca seperti doa sesudah wudhu
- Hukum Mandi Puasa Ramadhan
Dikutip dari Syafi’i Hadzami dalam buku Taudhihul Adilah, jika seorang muslim dalam keadaan hadats besar, ia dianjurkan untuk mandi sebelum terbitnya fajar. Sebagaimana Syekh Ibnu Ruslan mengatakan dalam Zubad-nya,
وَالْفِطْرُ بِالْمَاءِ لِفَقْدِ الثَّمَرِ : وَغَسْلُ مَنْ أَحْنَبَ قَبْلَ الْفَجْرِ
Artinya: “Sunah berbuka dengan air jika ketiadaan kurma. Dan sunnah mandi orang yang junub sebelum fajar.”
Adapun, menurut hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA yang dirangkum dari Kitab Lengkap dan Praktis Fiqh Wanita karya Abdul Syukur Al-Azizi. Rasulullah SAW pernah bersabda sebagai berikut.
من أَصْبَحَ جُنُبا فَلَا صَوْمَ لَهُ
Artinya: “Barang siapa yang pada pagi hari dalam keadaan berhadats besar maka tak ada puasa baginya.” (HR Bukhari)
Meski demikian, Syekh Utsaimin dalam Majmu’ Fatawa berpendapat jika seorang wanita dalam keadaan haid kemudian suci sesaat sebelum fajar pada bulan Ramadan, tetap diwajibkan baginya berpuasa pada hari itu walaupun belum mandi, kecuali setelah terbit fajar, dan puasanya sah.
Dikutip dari buku Menjaga Puasa Ramadhan karya Abdul, ada hadits yang dijadikan sandaran oleh Syekh Utsaimin ialah riwayat dari Aisyah RA yang berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصْبِحُ جُنُباً مِنْ جِمَاعِ غَيْرَ احْتِلَامٍ ثُمَّ يَصُومُ فِي رَمَضَانَ
Artinya: “Bahwasanya Rasulullah SAW suatu ketika masih berada dalam keadaan junub di waktu subuh lantaran jima’ (sebelum Subuh), bukan karena ihtilam (mimpi basah), lalu beliau menjalankan puasa Ramadan (di hari itu).”
Wallahu a’lam bisshawab.